Tentang rasa
Jangan terlalu bersedih atas apa yang engkau rasakan hari ini, sebab semua tak akan pernah tau akan seperti apa esok. Terbit dan terbenam matahari hanyalah kasat mata yang kita rasakan.
Celakalah baginya yang tak bersyukur bahkan bagi yang sampai kufur nikmat, sebab jalan hidup berkejaran dengan ajal (maut), bukanlah kemegahan akhir dari segalanya, tapi kematian lah kenyataan akhir dari kehidupan ini.
Angkuh, sombong dan takabur hanyalah pemanis buatan yang kadang tanpa harus di paksa nurani berkata buat apa aku lakukan itu jika harus ada yang membuat gundah.
Iya.....! Hidup itu bukan untuk meratap dan terlalu berbangga diri, hidup hanyalah untuk bergerak sebagaimana sunnatullah, yaitu berdoa ihktiar dan berdoa. Maksud darinya saat engkau hendak kluar dari rumah mu untuk menjemput rezeki maka awali dengan basmalah, setelah kembali pulang ke rumah membawa hasil kerja atau tidak membawa sama sekali maka akhiri dengan hamdalah dan sikap taeadhuk.
Maka disitulah tentram yang sebenarnya. Sebab ukuran bahagia dan sedih itu terlalu nisbi untuk di nilai manusia, sebab bahagia dan sedih ibarat maut bisa hadir dalam setiap saat tanpa dinyana.
Maka akan sangat dan terlalu arogan jika kita menganggap orang yang kaya dia bahagia dan yang miskin dia sengsara. Jika di cerna dengan seksama ternyata setiap kita punya kotak sedih dan bahagia masing-masing dan dari kotak itu sendiri akan ada kadar nikmat yang tak akan mampu di ukur oleh akal.