Rabu, 10 November 2021

Sekelumit rasa yang tak bersisa

 Pekan hitungan jari yang tak perlu mengernyitkan dahi dan menyatukan garis alis, karena dengan jari tanpa mesin penghitung Hindia Belanda sudah bisa teratasi.

Antara angka satu samapai dengan tujuh begitu bilangan singkat, yang seyogyanya di perintahkan untuk mengikrarkan demi masa dalam firman Allah "Wal asyrih" red Qur'an, begitu berharganya waktu karena di dalamnya terdapat banyak peristiwa.

Peristiwa yang harus kita akui kebenarannya dan kita yakini ke fanaannya, karena waktu adalah hitungan yang berjalan bergandengan dengan ruh, lahir dan akal.

Mengkompilasi jadi satu, butuh meditasi dan elaborasi untuk mengecap hikmah atas segala peristiwa yang ia lalui, dari ruh, lahir dan akal, ada satu yang paling mendominasi yaitu nafsu, nafsupun terbagi menjadi dua yaitu baik dan buruk.

Tentu tentu para jiwa-jiwa yang tenanglah yang bisa memilih pijakan Arif, pijakan untuk menentukan arah dan tujuan dari langkah yang tertatih.

Beruntunglah ia yang cendrung untuk menyemai senyup dan mengungkap derita menjadi cita masa, masa yang harus baik untuk kebaikan yang jauh lebih baik.

Dan tepuruklah bagi ia yang haturkan sedih tangis dan raungan nestapa hingga derita menjadi senja yang habis di lumat gelap setiba malam menjemput mentari di ufuk barat.

Jiwa-jiwa yang tentram, berilah ia cinta karena cinta pelipur lara hati bagi negeri yang gersang hanya tumbuh batang kaktus berduri yang mencerabut hati dari manisnya madu.

Ikrarkanlan bahwa hati butuh cinta damai butuh kasih dan rangkulan buah dari leluasanya mahligai.

Pertanda malam untuk pak tani

begitu indah dan teraturnya tuhan (Allah) menciptakan alam, sehingga dalam setiap peristiwa menjadi pertanda, pagi datang dengan terbit...